• judi

    Bandwagon Effect: Dari Definisi Sampai Tips Menghindarinya


    Apakah Anda termasuk orang yang senang mengikuti tren terkini? Seperti membeli barang atau gadget keluaran terbaru? Fenomena tersebut dikenal dengan sebutan bandwagon effect!

    Apa Itu Bandwagon Effect?

    Bandwagon effect adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena psikologi dimana seseorang cenderung mengikuti tren, gaya, sikap, dan lain sebagainya karena melihat banyak orang turut melakukan hal yang sama.

    Singkatnya, bandwagon effect adalah fenomena ‘ikut-ikutan’. Secara psikologi, fenomena yang satu ini adalah bentuk bias kognitif yang mengakibatkan seseorang atau kelompok mengalami kesalahan dalam mengambil keputusan akibat adanya dorongan dari faktor eksternal dan internal.

    Dalam fenomena ini, semakin banyak orang yang mengikuti suatu tren yang tengah viral, maka semakin besar juga orang lain akan ikut-ikutan. Sebagai contoh tren pembuatan video atau challenge yang ada di TikTok.

    Faktor Penyebab Terjadinya Bandwagon Effect

    Munculnya bandwagon effect bisa disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal umumnya terjadi karena adanya dorongan dari lingkungan sekitar. Misalnya, jika ada seseorang yang tidak mengikuti tren atau suatu kegiatan, orang tersebut besar kemungkinan akan mendapat sanksi sosial seperti dikucilkan atau dianggap aneh oleh orang sekitar.

    Adapun faktor internal pemicu terjadinya hal ini yaitu dikarenakan banyak orang cenderung mudah terpedaya dengan pendapat orang lain. Pendapat tersebut ditelan secara mentah-mentah tanpa mau mencari tahu kebenaran informasi dan mempertimbangkannya. Misalnya seseorang membeli sebuah produk yang sedang booming tanpa pikir panjang ataupun mempertimbangkan kegunaan produk yang dipilih.

    Selain contoh di atas, ada juga faktor eksternal dan internal lainnya yang ikut menjadi sebab mengapa seseorang bisa terjerat fenomena ini.

    1. Pemikiran Kelompok (Groupthink)

    Faktor yang pertama yaitu pemikiran kelompok. Sebagaimana yang kita tahu, lingkungan tempat kita berada memiliki andil yang besar dalam membentuk perilaku seseorang.

    Saat kita tidak mengikuti tren, cara berperilaku, dan beragam hal lainnya yang dilakukan oleh suatu kelompok dimana kita berada, besar kemungkinan kita akan kesulitan bersosialisasi karena adanya tekanan serta sanksi sosial yang mungkin berlaku. Oleh karenanya, mau tidak mau orang tersebut harus bisa menyesuaikan diri.

    Hal ini terkadang bisa menjadi sebuah permasalahan yang cukup serius, terutama untuk kesehatan mental. Sebab, ada hal tertentu yang bisa saja berseberangan dengan jati diri kita. Seperti halnya prinsip dan nilai-nilai yang dianut.

    2. Keinginan Untuk Diterima Di Suatu Kelompok

    Perasaan ingin diterima dan diakui keberadaannya di kelompok tertentu bisa menjadi faktor penyebab bandwagon effect berikutnya. Ini bisa terjadi karena orang tersebut akan rela melakukan apa saja demi bisa diterima dengan baik.

    Misalnya, Anda ingin bergabung dalam kelompok fashion kekinian. Di dalam kelompok tersebut, semua anggotanya selalu up to date dengan fashion terbaru. Nah, untuk memudahkan Anda agar diterima dengan baik, Anda perlu menyesuaikan gaya berpakaian dengan kelompok tersebut.

    Keinginan untuk diterima dalam suatu kelompok memiliki kaitan yang erat dengan FOMO (Fear Of Missing Out) atau takut ketinggalan tren terkini. Sebab, mereka yang melewatkan tren yang sedang happening cenderung memiliki rasa takut dianggap ‘tidak gaul’ atau tidak keren. Imbasnya, mereka akan latah ikut-ikutan suatu tren tanpa mempertimbangkan baik buruknya.

     

    Baca Juga: Lawan Kata Dari FOMO, Ini Dia Manfaat JOMO di Kehidupan Sehari-Hari

     

    3. Takut Dikucilkan

    Seperti halnya perasaan ingin diterima, perasaan takut dikucilkan menjadi momok tersendiri bagi mereka yang tidak mengikuti tren terkini. Alhasil, agar mereka tidak dibully dan tidak dianggap aneh, orang tersebut akan pasrah mengikuti tren yang ada demi menghindari perlakuan tidak menyenangkan dari lingkungannya.

    Dampak Bandwagon Effect

    Hadirnya bandwagon effect bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Semua itu bergantung pada jenis kegiatan atau tren yang Anda ikuti.

    Misalnya jika Anda ikut-ikutan tren yang berkaitan yang gaya hidup sehat seperti rutin berolahraga 15 menit setiap hari atau rajin mengonsumsi buah dan sayur, tentunya tren tersebut dapat memberikan efek yang baik pada diri Anda.

    Lain halnya jika tren yang Anda ikuti bertentangan dengan nilai sosial dan justru dapat melukai orang lain. Misalnya tren terkini terkait prank. Ada banyak jenis prank di luaran sana yang alih-alih menjadi hiburan yang seru, kegiatan tersebut justru dapat menyinggung perasaan orang lain bahkan melukai mereka

    Ada juga tren berinvestasi. Investasi memanglah baik untuk masa depan, namun bilamana dilakukan secara sembrono dan tanpa dibekali ilmu yang cukup, bukannya untung yang ada malah buntung.

    Intinya, bandwagon efek ini bisa menjadi sesuatu yang baik atau buruk tergantung dari lingkungan Anda berada dan bagaimana Anda menyikapinya.

    Contoh Bandwagon Effect

    Bandwagon effect adalah sebuah istilah yang disematkan bagi mereka yang mengadopsi tren terkini, terlepas dari kepercayaan atau prinsip yang dianut. Fenomena ini sudah ada sejak lama dan hadir dalam bentuk yang berbeda-beda.

    Beberapa contoh bandwagon effect yang lumrah terjadi disekitar kita antara lain yaitu membeli suatu produk karena popularitasnya atau demi mendapatkan status di masyarakat. 

    Misalnya seseorang baru saja membeli ponsel keluaran terbaru hanya untuk bisa dianggap orang berada tanpa mempertimbangkan kebutuhan serta kemampuan membeli. Tak ayal, mereka yang sering memaksakan diri kerap kali terjerat pinjaman online (pinjol) ilegal. Hati-hati, ya!

    Selain contoh tersebut, ada juga beberapa fenomena bandwagon effect yang pernah terjadi Indonesia.

    Bandwagon Effect

    Image Source: Pexels/cottonbro studio

    1. Panic Buying Saat Awal Pandemi

    Saat awal pandemi melanda Indonesia pemerintah kita mewajibkan untuk melakukan isolasi mandiri selama 2 minggu. Pada saat peraturan tersebut disampaikan ke publik, banyak masyarakat kita yang berbondong-bondong membeli banyak persediaan makanan dan kebutuhan lainnya hanya karena takut tidak memiliki persediaan. 

    2. Tren Naik Gunung

    Pada tahun 2012, tanah air sempat dihebohkan dengan tren naik gunung akibat boomingnya film 5 CM. Fenomena tersebut mengakibatkan sampah yang ada di gunung kian meningkat.

    3. Prank

    Prank adalah sebuah lelucon terapan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan membuat kaget. Meskipun secara harfiah prank dikatakan sebagai lelucon, namun pada prakteknya banyak orang dengan sengaja membuat prank yang tanpa disadari justru mencelakai orang lain.

    Boomingnya prank sejak tahun 2019 yang dilakukan oleh para YouTuber mampu membuat banyak orang berlomba-lomba untuk ikut meramaikan kegiatan ini tanpa berpikir panjang akan konsekuensi yang mungkin terjadi.

    Tips Menghindari Bandwagon Effect

    Setelah Anda mengetahui secara sekilas apa yang dimaksud dengan istilah bandwagon effect, tentunya Anda akan bertanya-tanya, apa kiranya tips efektif untuk menghindarinya. Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan sebagai langkah preventif.

    1. Jangan mudah percaya terhadap saran dari orang lain. Pertimbangkan dengan matang dan lakukan evaluasi secara mandiri (bersikap kritis).

    2. Jangan terburu-buru mengambil keputusan. Beri jeda waktu untuk berpikir sejenak agar keputusan yang Anda buat tidak mencelakai diri sendiri di kemudian hari.

    3. Tidak memaksakan diri serta keadaan untuk mengikuti suatu kelompok. Pilihlah lingkungan serta kelompok yang memang sesuai dengan Anda. Baik itu dari segi nilai yang dipegang serta pola perilaku yang ada.

    Sobat BFI, itu dia pembahasan terkait bandwagon effect. Pastikan untuk mempertimbangkan segala sesuatunya dengan matang dan tidak tergesa-gesa. Jangan sampai hanya karena ingin eksis dan mengikuti tren terkini, keselamatan Anda jadi taruhannya.

    Ingin tahu informasi menarik lainnya seputar gaya hidup, bisnis, pinjaman, dan masih banyak lagi? Ikuti terus artikel terbaru di BFI Blog. Hadir setiap Senin-Jumat!

    Dapatkan pinjaman dana cepat dengan proses yang aman di mudah lewat hanya di BFI Finance!

    Beragam kebutuhan dari mulai modal usaha sampai dengan gaya hidup, semuanya bisa Anda wujudkan! Informasi selengkapnya terkait pinjaman bisa Anda akses melalui tautan di bawah ini.

    Jaminan BPKB Mobil

    Pencairan dana hingga 85% dari nilai kendaraan dan tenor hingga 3 tahun.

    Jaminan BPKB Motor

    Pinjaman dana dengan proses cepat dan tenor maksimal hingga 18 bulan.

    Jaminan Sertifikat Rumah

    Bunga rendah mulai dari 0.9% dengan tenor panjang hingga 48 bulan.

    Tunggu apalagi? Yuk, segera ajukan pinjaman di BFI Finance. Jangan sampai peluang yang ada terlewatkan begitu saja.

  • judi

    Konsumtif Adalah: Pengertian, Faktor Penyebab, Tips Menghindarinya


    Konsumtif adalah salah satu perilaku manusia yang cukup membahayakan jika dibiarkan begitu saja. Terlebih, di jaman yang serba cepat dan praktis seperti sekarang dimana hampir semua orang dapat dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Kebutuhan merupakan salah satu hal yang tidak terelakan bagi manusia. Sebab, setiap manusia pasti memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk dapat bertahan hidup. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat bertahan hidup yakni dengan membeli barang dan jasa yang dibutuhkan. Misalnya makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

    Namun, terkadang seseorang dapat terjebak dalam perilaku konsumtif dimana mereka menghabiskan uang yang ada hanya untuk memenuhi keinginannya. Padahal, barang tersebut tidak terlalu penting ataupun dibutuhkan.

    Sobat BFI, mari kita kenali lebih dekat apa itu perilaku konsumtif melalui tulisan yang satu ini.

    Apa Itu Konsumtif?

    Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), konsumtif merupakan kata sifat yang memiliki arti mengonsumsi, hanya memakai, dan tidak menghasilkan sendiri.

    Secara garis besar, perilaku konsumtif adalah perilaku atau gaya hidup seseorang yang suka menghabiskan uangnya tanpa pikir panjang. Jika dibiarkan begitu saja perilaku konsumtif dapat menjadi masalah serius. Seperti timbulnya masalah finansial, stres, sampai dengan mengancam keseimbangan sumber daya alam.

    Contoh Perilaku Konsumtif

    Perilaku konsumtif adalah kecenderungan untuk terus membeli barang dan jasa secara berulang-ulang meskipun tindakan tersebut cukup membahayakan kondisi finansial. Agar Anda dapat memahami apa itu perilaku konsumtif, simak beberapa contoh berikut ini.

    1. FOMO (Selalu Ikut Tren)

    Contoh perilaku konsumtif yang pertama adalah FOMO atau suatu tindakan untuk selalu mengikuti tren terkini. Orang yang FOMO akan senantiasa melakukan apa saja demi bisa mengikuti tren yang ada, tak terkecuali untuk merogoh kocek yang cukup lumayan untuk benda atau jasa yang menjadi bahan perbincangan banyak orang saat ini.

     

    Baca Juga: FOMO Adalah: Penyebab, Ciri-Ciri, dan Cara Mencegahnya

     

    2. Rasa Gengsi yang Tinggi

    Contoh perilaku konsumtif berikutnya yakni adanya rasa gengsi yang tinggi demi meningkatkan status sosial, dianggap baik, keinginan untuk diterima dan diakui suatu kelompok atau lingkungan, serta memenuhi ekspektasi sosial.

    Perilaku konsumtif akibat rasa gengsi dapat terlihat dari kebiasaan membeli gadget atau elektronik terbaru, kendaraan dengan merek tertentu, dan membeli barang atau jasa terbaru meskipun tidak terlalu penting.

    3. Gaya Hidup Mewah (Hedonisme)

    Hedonisme atau gaya hidup bermewah-mewahan merupakan contoh perilaku konsumtif berikutnya. Seseorang dengan gaya hidup hedonisme memiliki kecenderungan untuk mencari kepuasan secara instan dengan membeli berbagai barang atau jasa yang mereka inginkan tanpa pikir panjang. Alhasil, gaya hidup yang mereka anut ini membawa malapetaka untuk diri sendiri, khususnya masalah finansial yang tidak berkesudahan.

     

    Baca Juga: Gaya Hidup Hedonisme: Definisi, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

     

    4. Impulsive Buying

    Serupa dengan hedonisme, impulsive buying adalah tindakan membeli barang dan jasa secara tiba-tiba akibat adanya dorongan emosional, seperti keinginan untuk memiliki, takut kehabisan, takut ketinggalan jaman, sampai dengan adanya dorongan dari lingkungan orang tersebut berada.

    Contoh impulsive buying yang saat ini cukup marak terjadi yaitu menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang online secara terus menerus tanpa dipikir terlebih dahulu.

     

    Baca Juga: Sudah Gajian? Simak Dulu Tips Mengontrol Belanja Impulsif Berikut Ini!

     

    Faktor Penyebab Perilaku Konsumtif

    Perilaku konsumtif dapat terjadi dikarenakan oleh dua faktor. Pertama, yakni adanya dorongan dari dalam diri atau faktor internal. Kedua, adanya pengaruh dari luar yang membuat seseorang berperilaku konsumtif atau yang dapat disebut sebagai faktor eksternal.

    Infografis Perilaku Konsumtif

    Infografis Perilaku Konsumtif | Image Source: Digital Aset BFI Finance

    Faktor Internal

    Faktor internal atau dari dalam diri sendiri menjadi pemicu seseorang memiliki perilaku konsumtif.

    1. Motivasi

    Adanya dorongan dalam diri untuk mewujudkan keinginannya.

    2. Kepribadian

    Pola perilaku atau karakter seseorang.

    3. Harga Diri

    Orang dengan harga diri rendah cenderung lebih mudah dipengaruhi ketimbang mereka yang memiliki harga diri tinggi.

    4. Proses Belajar

    Pengalaman hidup seseorang menentukan apa yang akan ia beli.

    5. Gaya Hidup

    Cara seseorang memanfaatkan waktu dan uang yang dimilikinya.

    Faktor Eksternal

    Selain faktor internal, perilaku konsumtif adalah gaya hidup yang dapat terjadi akibat pengaruh dari luar. Beberapa diantaranya yakni dipengaruhi oleh kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, dan keluarga.

    1. Kebudayaan

    Perkembangan zaman dan pergeseran budaya di masyarakat dapat memicu perilaku konsumtif.

    2. Kelas Sosial

    Golongan atas, menengah, bawah. Penggolongan berdasarkan kekayaan, kekuasaan, kehormatan, ilmu pengetahuan.

    3. Kelompok Referensi

    Lingkup pergaulan yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma, dan perilaku belanja seseorang.

    4. Keluarga

    Gaya hidup yang dianut suatu keluarga dapat mempengaruhi perilaku anggota keluarga yang ada.

    Dampak Negatif Perilaku Konsumtif

    Sebagaimana yang sudah Anda ketahui, perilaku konsumtif adalah kecenderungan seseorang untuk menghabiskan uangnya hanya untuk memenuhi hasrat dan keinginan semata, tanpa mau mempertimbangkan apakah barang dan jasa yang dibeli adalah sebuah kebutuhan.

    Tak ayal, perilaku seperti memiliki kecenderungan negatif yang dapat berdampak pada seseorang. Dampak negatif yang menghantui mereka dengan gaya hidup ini diantaranya adalah:

    Konsumtif Adalah

    Image Source: Freepik/

    1. Masalah Finansial

    Orang dengan perilaku konsumtif cenderung berpikir secara rasional. Mereka sering menghabiskan uangnya untuk membeli barang dan jasa tanpa berpikir dua kali atau setidaknya didasari dengan tujuan yang jelas.

    Tak heran, tindakan mereka yang kurang bijak ini menjadi penyebab utama masalah keuangan seseorang. Ini dikarenakan mereka tidak dapat memprioritaskan kebutuhan utama mereka dan membiarkan keinginan dalam diri mereka selalu terpenuhi tanpa pikir panjang.

    Alhasil, sebagian dana yang bisa dialokasikan untuk dana darurat atau tabungan lenyap begitu saja. Orang dengan perilaku konsumtif juga kerap kali nekat untuk berhutang dan akrab dengan praktik gali lubang tutup lubang.

     

    Baca Juga: 8 Resolusi Keuangan Untuk Tahun 2023 yang Lebih Baik!

     

    2. Memicu Rasa Stres dan Cemas

    Perilaku konsumtif adalah perilaku yang dapat memicu seseorang mudah mengalami stres dan cemas. Hal ini terjadi sebagai bentuk konsekuensi dari tindakan mereka yang kurang bijak dalam membelanjakan uangnya dan berdampak pada kesulitan finansial.

    Ketika seseorang mengalami kesulitan secara finansial, mereka akan lebih mudah untuk merasa stres dan cemas akibat ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan primer.

    Rasa stres dan cemas yang ada dapat diperparah bilamana terdapat tekanan sosial atau budaya yang menuntut seseorang untuk memiliki barang tertentu agar dapat dianggap sukses dan diterima dengan baik di suatu lingkungan.

     

    Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental, Mari Mengenal Lebih Dekat Toxic Positivity

     

    3. Pemborosan Sumber Daya

    Penggunan berlebihan terhadap sumber daya seperti air, bahan bakar, dan lain sebagainya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan kesejahteraan manusia.

    Seseorang dengan perilaku konsumtif seringkali sumber daya seperti uang, bahan bakar, energi, dna lainnya untuk keinginan semata, bukan untuk memenuhi kebutuhan utama mereka. Jika dilakukan secara signifikan, tentu, bukan tidak mungkin akan membawa dampak kerusakan pada lingkungan serta perputaran ekonomi yang ada.

    Tips Menghindari Perilaku Konsumtif

    Perilaku konsumtif adalah gaya hidup yang sebetulnya dapat kita hindari melalui beberapa tips di bawah ini.
     

    1. Kenali Mana Kebutuhan dan Keinginan

    Seringkali kita terjebak dalam situasi dimana tanpa sadar kita mengeluarkan uang untuk sesuatu yang ternyata tidak kita butuhkan atau istilah lainnya lapar mata. Fenomena ini dapat terjadi saat Anda tidak mampu memisahkan antara kebutuhan dengan keinginan.

    Kebutuhan adalah hal mendasar yang harus dipenuhi oleh seseorang demi keberlangsungan hidupnya, seperti makanan, pakaian, kesehatan, dan tempat tinggal. Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang diinginkan oleh seseorang, namun tidak selalu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Keinginan umumnya bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh kepribadian, minat, sampai dengan kebiasaan.

    Tips Membedakan Antara Kebutuhan dan Keinginan:

    • Beri waktu sejenak untuk berpikir dan bertanya pada diri sendiri apakah butuh atau sekedar ingin.

    • Kelompokan keinginan dalam kategori tertentu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah Anda dalam mengambil keputusan yang bijak. Misalnya keinginan yang berkaitan dengan hobi, karir, keluarga, keuangan, dan lain sebagainya.

    2. Lakukan Budgeting (Buat Anggaran Pengeluaran dan Pemasukan yang Jelas)

    Tips yang kedua untuk mencegah terjadinya perilaku konsumtif adalah dengan melakukan budgeting. Budgeting dilakukan untuk memastikan anggaran pengeluaran dan pemasukan Anda tertata dengan baik, sehingga Anda tidak perlu untuk membeli sesuatu yang tidak perlu.  

    Tips Melakukan Budgeting Secara Efektif:

    Sebelum Anda melakukan budgeting, penting untuk mengetahui gambaran jelas terkait tujuan yang akan Anda capai baik itu dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Ini berguna untuk membantu Anda dalam menentukan skala prioritas.

    Buat daftar terperinci terkait sumber pendapatan Anda, mulai dari gaji, bonus, passive income, dan lain sebagainya. Hitung juga semua daftar pengeluaran Anda, mulai dari kebutuhan bulanan, cicilan, dana rekreasi, dan lain-lain.

    Kelompokkan pengeluaran yang Anda miliki ke menjadi kebutuhan dan keinginan. Dengan adanya daftar ini, Anda bisa dengan mudah memutuskan mana yang sebaiknya segera dipenuhi dengan yang tidak.

    Setelah Anda berhasil menghitung total pendapatan dan pengeluaran, selanjutnya tentukanlah batas anggaran dari setiap kategori yang ada. Dengan begitu, keuangan Anda akan lebih tertata.

    3. Jangan Terlalu Sering Mengikuti Tren

    Mengikuti tren dan perkembangan terkini boleh dikatakan sebagai makanan sehari-hari. Namun, untuk menghindari munculnya perilaku konsumtif dalam diri kita, ada baiknya untuk tidak terlalu sering mengikuti tren yang ada.

    Tren erat kaitannya dengan produk dan jasa yang baru. Hal ini dapat menjadi pemicu seseorang menginginkan barang tersebut, sehingga terjadi pemborosan secara finansial yang berdampak pada diri sendiri.

    4. Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain

    Setiap manusia pada dasarnya memiliki keunikan dan latar belakang yang sangat beragam. Fakta ini seharusnya bisa menyadarkan kita bilamana membandingkan diri dengan orang lain merupakan suatu tindakan yang tidak sehat dna menimbulkan tekanan finansial pada diri kita.

    Mulai sekarang, cobalah untuk berefleksi pada diri sendiri. Kenali siapa diri kita sebenarnya agar kita mampu memfokuskan pada nilai-nilai yang lebih penting, seperti kebahagian, kesehatan, dan hubungan baik dengan keluarga dan orang terdekat.

    5. Belanja Sesuai Kemampuan

    Tips terakhir untuk dapat menghindari perilaku konsumtif adalah dengan berbelanja sesuai dengan kemampuan kita saat ini. Belanjakanlah uang yang Anda miliki secara bijak dan efektif. Pastikan untuk menyisihkan sebagian uang yang ada untuk menabung, berinvestasi, dan beramal.

    Sobat BFI, demikian pembahasan terkait Konsumtif Adalah: Pengertian, Faktor Penyebab, Tips Menghindarinya. Harapannya, melalui tulisan ini Anda bisa memahami apa itu perilaku konsumtif dan dampaknya terhadap diri sendiri, orang lain, serta lingkungan. Semoga kita senantiasa menjadi pribadi yang selalu bertumbuh ke arah positif.

    BFI Finance adalah perusahaan yang melayani pinjaman multiguna jaminan bpkb motor, bpkb mobil, dan sertifikat rumah atau ruko